FAKTABUNGO – Dari pusara pendiri Nahdlatul Ulama, ribuan peziarah mendoakan Gubernur Fachrori Umar sukses menjadi Gubernur lagi.
Dari makam sang penyambung lidah rakyat, Blitar, rombongan tim keluarga Fachrori Umar itu beringsut ke makam Kyai Haji Abdurrahman Wahid alias Gus Dur–Presiden RI Keempat–, di Pondok Pesantren Tebu Ireng, Jombang, Jawa Timur. Menerobos jalanan padat–yang di kiri kanannya disergap hamparan sawah nan menghijau–, rombongan yang dikomandoi Miftahul Ikhlas itu baru tiba menjelang Ashar.
Perjalanan dari Blitar menuju Jombang itu menempuh waktu hampir tiga jam. Padahal, jarak dua makam mantan Presiden RI itu hanya 60an Kilometer. Tapi, lantaran padatnya kendaraan yang melintas, tak memungkinkan rombongan melaju kencang.
Seusai asharan di masjid komplek ponpes Tebu Ireng, rombongan bergegas menuju makam–yang terletak persis di belakang pondok–. Untuk menuju makam, rombongan kudu lewat jalur belakang, bukan depan ponpes.
Dua orang pria berbadan tegap mengenakan setelan hitam bersepatu pantofel dengan logo Banser di saku kanannya–, menyambut hangat kedatangan rombongan.
“Maaf…dari mana ya mas,”sapa pria bernama Widiyanto itu dengan ramah.
Ia bergegas memboyong tim keluarga Fachrori Umar itu, setelah sebelumnya mengisi buku tamu. Ia, lalu mempersilahkan rombongan menuju tempat wudhu–yang terletak disudut sebelah kiri pintu masuk makam.
Pusara Gus Dur, terletak di bagian paling depan. Sebuah batu nisan besar–dengan tulisan makam Mantan Presiden RI Keempat–, itu tercacak di bagian atas makam. Sementara, makam kedua orang tuanya, termasuk pusara pendiri NU Kyai Haji Hasyim Asy’ari berada di samping makam Gusdur.
Pusara Hasyim Asy’ari ditandai dengan simbol bendera merah putih dan sebuah kata “Pahlawan” yang ditulis di atas sebuah lempengan.
Rombongan terpencar menjadi dua. Sebagian mengambil posisi di bagian pendopo belakang. Sebagian lain berbaur bersama Miftahul Ikhlas. Didampingi koleganya Daeng Hamdi, Paul memimpin Ziarah.
Lantunan zikir tetiba menggema. Kyai Sulaiman Saleh menngomandoi pembacaan zikir dan doa. Paul dan rombongan terlihat khusyuk dan tertunduk takzim berzikir di pusara makam keluarga Gusdur itu.
“Alhamdulillah…proses ziarah kita berjalan lancar. Semoga niat baik kita diridhoi dan diijabah Allah SWT,”kata Paul, di komplek makam Gusdur.
Sebelum beranjak, Paul dan rombongan menyempatkan berswafoto dengan latar makam Gusdur dan pendiri NU itu.
Lawatan ini, kata Paul, menyambung dari ziarah ke makam Bung Karno.
“Kita sengaja berziarah ke makam mantan Presiden RI, untuk mengenang jasa mereka,”katanya.
Paul, lantas menampik stigma miring yang mulai ramai menyerangnya di media sosial.
Menurut Paul, kedatangan mereka ke makam Bung Karno, dilanjutkan ke makam Gusdur dan akan berlanjut ke makan Soeharto dan Bj Habibie, bukan untuk meminta-minta atau menyembah kuburan. Paul menyebut itu jelas perbuatan syirik.
Tapi, langkah tim keluarga Fachrori itu hanya untuk berziarah. Seperti lazimnya dilakukan para Presiden, misalnya SBY dan Jokowi. Menurutnya, itu sebagai bentuk Napak tilas, mengingat jasa dan perjuangan tokoh bangsa itu.
“Jangan ditafsir macam-macam. Niat kita baik kok. Datang berziarah. Kita mencintai Bung Karno dan Gusdur, termasuk Hasyim Asy’ari, sebagai tokoh yang berkontribusi besar bagi bangsa ini,”katanya.
Bahkan, kata Paul, tokoh sekelas panglima TNI, ketua-ketua Partai pun ramai-ramai datang berziarah.
“Sekali lagi, ini bukan menyembah kuburan ya. Naif sekali tudingan itu. Tapi, kami berziarah seperti laiknya pak Jokowi, SBY maupun tokoh-tokoh lain,”kata Paul.
Menurut Paul, mereka akan melanjutkan ziarah ke makam tokoh Jambi,sepulangnya nanti.
“Semoga ikhtiar pak Fachrori menjadikan Jambi Berkah segera terwujud,”katanya.
Sementara, Jefri Bintara Pardede, yang turut dalam ziarah itu menyebut rombongan akan melanjutkan ziarah ke makam Soeharto di Astana Giri.
Reporter : Tim